Vaksin Sinovac yang mulai diterapkan penggunaannya di Indonesia pada akhirnya diikuti dengan wacana pembukaan sekolah offline. Yakni sekolah dengan tatap muka secara langsung antara murid dengan pengajar, seperti yang dilaksanakan sebelum pandemi Covid-19.
Tentu saja hal ini kemudian mengundang pro kontra dari berbagai pihak. Karena dianggap bahwa keputusan tersebut masih cukup beresiko, meskipun sudah ditargetkan bahwa semua pengajar mendapatkan vaksin sebelumnya. Di sisi lain, sekolah online juga membawa konsekuensi yang tak bisa diabaikan.
Jika nantinya benar bahwa sekolah offline akan dibuka pada tahun 2021 ini, maka orangtua harus bersiap. Terutama untuk mendidik anak supaya mereka bisa tetap sehat menjalani sekolah #NewNormal. Apalagi untuk anak-anak yang masih kesulitan untuk memahami nilai penting protokol kesehatan. Karenanya berikut ini Mitramulia ulas secara khusus tentang tips untuk menjaga kesehatan anak saat menjalani sekolah offline nantinya!
Sebelum membahas tentang tips untuk menjaga kesehatan anak ketika sekolah offline telah dibuka nantinya, penting juga untuk memahami pro kontra tentang hal ini. Terutama bagi para orangtua, sehingga bisa menyikapi dengan tepat terkait dengan kebijakan sekolah offline.
Sebagian pihak menganggap bahwa sekolah offline perlu untuk dimulai tahun 2021 adalah karena:
1, Angka Putus Sekolah
Salah satu alasan mengapa sekolah offline dianggap perlu untuk segera dimulai lagi adalah naiknya angka putus sekolah atau keikutsertaan di sekolah. Terutama hal ini banyak ditemukan pada tingkat bawah seperti PAUD. Tak sedikit orangtua yang akhirnya memutuskan menunda mendaftarkan anaknya ke sekolah. Hal ini dikhawatirkan akan terus meningkat jika sekolah offline tidak segera diadakan.
2. Anak Jenuh dan Stress
Ketika sekolah offline diganti dengan online, tugas menjadi lebih banyak dimanfaatkan oleh guru sebagai media pembelajaran. Pada akhirnya anak-anak yang setiap hari di rumah saja, hanya mengikuti tatap muka online, mengerjakan tugas, dan begitu seterusnya.
Selain pada akhirnya menimbulkan kejenuhan pada siswa, hal ini juga memicu munculnya lebih banyak stres. Dari tugas yang menumpuk dan ketidakpahaman akan materi karena pembelajaran melalui online yang kurang optimal. Pada akhirnya hal tersebut membuat minat belajar anak semakin menurun dan hal itu akan semakin memburuk jika sekolah offline tidak segera diadakan.
3. Anak Malah Bekerja
Sekolah online memang tampak lebih sederhana dari luar, karena anak di rumah saja, menonton layar, lalu mengerjakan tugas. Lebih banyaknya aktivitas mereka di rumah, sayangnya sering dianggap “kurang kegiatan” oleh sebagian orangtua. Hasilnya? Masa sekolah online justru dimanfaatkan sebagian orangtua untuk mengajak anaknya bekerja.
Tentu saja hal ini pada akhirnya berdampak pada psikis maupun fisik si anak. Mereka yang tidak siap dan merasa terpaksa menuruti orangtua, pada akhirnya justru semakin lelah secara fisik maupun psikis. Hal yang pada akhirnya bisa mengganggu kefokusan mereka dalam menempuh pendidikan. Alih-alih mendapatkan prestasi, justru bisa menimbulkan hambatan serius pada pendidikan mereka.
4. Konflik dan Kekerasan
Ketika anak menjalani sekolah online, maka orang yang berpotensi untuk mengajari adalah mereka yang tinggal bersamanya. Entah itu orangtua, kakak atau saudara yang mampu. Mereka yang mungkin sebelumnya tidak terbiasa untuk menjelaskan mata pelajaran seperti halnya seorang guru.
Hal ini juga faktanya berdampak serius pada beberapa kasus. Orangtua atau kakak yang tak sabar mengajari murid, pada akhirnya melakukan kekerasan atau verbal yang intimidatif. Bukannya memahami pelajaran, anak justru semakin tertekan dan menyimpan ketidakpahamannya karena takut bertanya.
Sedangkan sebagian pihak yang kontra terhadap rencana sekolah offline beralasan pada:
1. Angka Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat
Ini adalah ganjalan yang utama, yang selama ini masih menghambat terlaksananya sekolah online. Hal ini pula yang pada akhirnya masih membuat sebagian orang ragu bahwa sekolah offline sudah siap untuk dilaksanakan. Wajar, karena mereka khawatir hal itu justru akan semakin meningkatkan angka kasus Covid19.
2. Potensi Pelanggaran Protokol Kesehatan
Hal kedua yang membuat sebagian pihak masih meragukan kesiapan Indonesia untuk memulai tatap muka langsung adalah pelanggaran protokol kesehatan. Orang-orang terlihat masih banyak yang acuh dengan protokol kesehatan, entah itu tidak memakai masker atau tidak menjaga jarak. Sehingga akhirnya membuat banyak pihak memprediksi bahwa hal itu pun akan berlaku ketika sekolah offline dijalankan.
3. Pandangan Kepala Daerah
Kewenangan untuk memulai sekolah offline sudah diserahkan kepada pihak kepala daerah masing-masing. Sehingga sangat wajar jika kemudian terjadi perbedaan pandangan, dimana ada yang pro atau kontra. Karena mereka tentu mempertimbangkan kondisi aktual di daerahnya sebelum memutuskan untuk memulai sekolah offline atau tetap bertahan dengan sekolah online.
Anak bisa tetap sehat saat pandemi memang menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Apalagi jika si anak masih sulit untuk memahami nilai penting protokol kesehatan. Tapi meski begitu orangtua masih bisa mencoba tips ini kok!
1. Masker Kesukaan
Pahami apa yang disukai si anak lalu coba untuk membelikannya masker sesuai dengan kesukaannya. Misalnya si anak menyukai anime Naruto, orangtua bisa membelikan masker dengan motif tokoh tersebut. Misalkan si murid sudah remaja dan menyukai K-Pop, orangtua pun bisa memfasilitasi si anak untuk membeli masker ala K-Pop.
Hal itu pada akhirnya akan mendorong mereka untuk lebih sering menggunakan maskernya. Tentu saja saat membeli, pastikan bahwa masker memenuhi standar WHO untuk mencegah partikel virus Corona masuk. Misalkan jika menggunakan masker kain, memakai bahan yang tahan air, seperti kain Oxford dy misalnya.
2. Botol dan Tempat Makan
Hal kedua yang juga bisa orangtua lakukan untuk meminimalisir anak tertular Covid19 adalah dengan membawakan botol minum dan bekal makannya sendiri. Karena dengan begitu, higienisitas tempat makan dan makanan yang dikonsumsi lebih terjamin.
Tentu saja, setelah membawakan bekal, si anak juga perlu diberikan pengertian. Untuk tidak meminjamkan botol atau tempat makannya kepada temannya. Karena jika menggunakan tempat makan bersama, meningkatkan potensi tertular virus. Kalaupun ingin membeli snack, bisa membeli snack yang sudah terbungkus dari pabrik.
3. Transportasi
Menjaga jarak mungkin mudah saat di dalam kelas. Namun akan lebih sulit jika dilakukan di tempat umum, salah satunya di sarana transportasi umum seperti bus, angkutan umum atau kereta. Apalagi di jam-jam sibuk saat berangkat atau pulang sekolah.
Karenanya bagi orangtua, lebih baik untuk mengantar jemput anaknya. Kalaupun orangtua bekerja dan tidak mungkin mengantar jemput, si anak bisa menggunakan sarana transportasi yang lebih privat seperti ojek online misalnya.
4. Suplemen
Nah, ini juga sangat penting untuk orangtua perhatikan. Karena suplemen bisa menambah daya tahan tubuh anak, sesuatu yang akan membuatnya lebih terlindung dari virus. Bisa menggunakan suplemen yang alami seperti buah, ataupun suplemen yang sudah siap dikonsumsi dalam bentuk tablet.
Itulah beberapa tips yang bisa orangtua lakukan untuk menjaga kesehatan anak ketika nantinya mulai menjalani sekolah offline. Semoga bermanfaat!
Rekomendasi Unione Drill Bahan Seragam Sekolah Di Mitra Mulia Toko Kain Surabaya
Share To:
Tak mau ketinggalan update artikel terbaru kami ikuti kami, masukkan email anda & klik subscribe, Terimakasih