Dalam industri garmen terdaat banyak departemen yang terlibat dan saling terkait contohnya departemen pemotongan, produksi, packaging, pengecekan produk, toko, dan lain sebagainya. Dan yang bertugas menghubungkan semua departemen tersebut serta pelanggan adalah departemen Merchandising. Dan orang yang bekerja di departemen tersebut dinamakan merchandiser.
Secara garis besar, tugas merchandiser adalah menjalin komunikasi aktif terhadap pabrik (factory), pemasok bahan dan alat (supplier), dan pembeli (buyer), merencanakan proses produksi sampai dengan melakukan pengiriman kepada buyer, serta terdapat beberapa tugas merchandiser lain yang akan dibahas pada artikel ini. Berikut ini detail tugas merchandiser tersebut yang perlu Anda ketahui:
Tugas utma dari merchandiser adalah bernegosiasi dengan calon pembeli hingga mencapai kesepakatan dalam kerja sama. Negosiasi tersebut termasuk dalam membuat kesepakatan dengan pembeli tentang pola desain, warna, jenis kain, dan detail aksesoris lainnya. Biasanya, buyer akan diminta memberikan sampel untuk referensi dalam mempermudah pengerjaan produk garmen yang akan dipesan.
Sesudah reference sample telah diterima, tugas merchandiser berikutnya adalah memastikan detail worksheet dari pihak buyer. Kemudian merchandiser akan mencek detail worksheet tersebut. Setelah itu, seorang merchandiser harus segera mengkonfirmasi kepada buyer jika ditemukan selisih antara sampel dan worksheet yang ada. Setelah mendapat kepastian dan kesepakatan dari buyer, merchandiser memberikan detail worksheet tersebut kepada pembuat pattern untuk segera dieksekusi.
Merchandiser juga bertugas untuk mengadakan meeting secara internal dengan kepala divisi sampel produk untuk membahas request order dari buyer sinkron dengan worksheet yang telah diterima. Merchandiser wajib berperan serta dalam setiap pengembangan produk, dan selalu menjalin komunikasi dengan Buyer apabila ada sesuatu yang kurang jelas.
Merchandiser harus membuat rencana yang terstruktur dan terperinci dalam penggarapan sampel, proses produksi, sampai dengan pengiriman kepada buyer.
Sebelum mengirimkan hasil sampel yang telah dibuat kepada buyer, merchandiser perlu berkoordinasi tentang hasil pemeriksaan secara utuh mulai dari spesifikasi, detail sewing, workmanship, jahitan, detail aksesoris yang dilakukan oleh departemen QC (Quality Control) dan QA (Quality Assurance). Merchandiser dapat menyertakan report QA, tag sample, spec sheet, dan komentar teknis untuk mempermudah buyer memeriksa kesesuaian order mereka.
Untuk mempermudah buyer melacak status pengiriman prototype sampel melalui kurir, merchandiser perlu memberitahukan nomor resi pengiriman kepada buyer.
Sebelum pembuatan proto sample biasanya buyer mengirimkan lembar spec beserta kalkulasi biaya kepada vendor. Apabila terdapat kutipan ”harga setuju”, maka kerja sama antara buyer dan vendor siap dilanjutkan.
Apabila buyer merasa puas dengan proto sample yang telah dikirimkan, biasanya mereka tidak akan berkomentar dan sampel dapat segera di produksi secara masal. Namun, apabila masih kurang puas, maka buyer akan meminta improvement dan meminta dikirimkan 2 proto sampel lagi.
Pengerjaan dan pengembangan sampel seperti adanya penambahan bordir, print maupun washing ataupun dyeing harus dipastikan oleh merchandiser sesuai dengan timeline yang telah dibuat.
Agar harga yang diberikan kepada buyer dapat kompetitif maka perlu dilakukan pengecekan dan analisis harga material produk (fabric dan aksesoris), dan tambahan yang lainnya. Serta memeriksa mutu material dan jadwal pengiriman material.
Semua hasil produksi harus melalui Fabric Lab Test. Dan hasil laporannya harus dikirimkan kepada buyer untuk dimintai konfirmasi khususnya jika ada hasil uji item yang tidak masuk kriteria awal.
Merchandiser harus mengirimkan mock up yang terdiri dari bagian print, bordir, swatch, washing dan lain sebagainya kepada buyer untuk dikonfirmasi. Mock up ini berguna sebagai untuk memvisualisasikan potongan tertentu dalam garmen sebelum dilakukan pengujian workmanship.
Meeting ini dilakukan agar tercapai satu persepsi dengan bagian produksi tentang kualitas sampel, critical point, proses pengerjaan, sampai dengan produk siap untuk dikirimkan dan sesuai dengan worksheet dari buyer.
Saat meeting berlangsung, merchandiser harus memberitahukan detail packaging yang diharapkan buyer dan memastikan packaging sesuai regulasi yang berlaku.
Merchandiser harus memastikan Schedule Shipment sinkron dengan tanggal pengiriman yang disepakati pihak buyer. Permasalahan-permasalahan pengiriman yang mungkin timbul seperti terjadinya delay shipment, kuantity shipment garment kurang atau permasalahan yang lain harus segera dikonsultasikan kepada buyer. Jika buyer menyetujuinya, maka pengiriman dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan terakhir.
Merchandiser harus memberikan informasi kepada buyer secara periodik untuk mendapatkan konfirmasi yang jelas dari buyer, seperti laporan sewing, cutting, packing, dan lain sebagainya. Dan laporan jadwal Final Inspection beserta hasilnya juga harus diberitahukan kepada buyer. Dan tak kalah penting informasi kuantiti shipment garment harus dilaporkan juga kepada buyer.
Rekomendasi Bahan Seragam Wearpack Unione Drill Di Mitra Mulia Toko Kain Surabaya
Share To:
Tak mau ketinggalan update artikel terbaru kami ikuti kami, masukkan email anda & klik subscribe, Terimakasih