Bahaya Self Diagnosis Bagi Kesehatan Mental | Toko Kain Surabaya

Windy 29 Jun 2021 at 10:28
Share To:
Facebook Twitter Google+ WhatsApp Subscribe

Bahaya Self Diagnosis Bagi Kesehatan Mental

 

Baru-baru ini self diagnosis menjadi tren di kalangan milenial. Dipajang dalam status sosial media, dibagikan berkali-kali dan menjadi kebanggaan karena diagnosis diri yang dilakukan sendiri itu. Apalagi saat ini sangat mudah mencari wawasan mengenai kesehatan, lengkap dengan gejala dan solusinya. Banyaknya informasi kesehatan yang bisa diakses dengan mudah ini terkadang membuat para milenial cenderung cepat menyimpulkan kondisi kesehatannya dengan pemahaman yang parsial. 

 

Parahnya lagi self diagnosis dari informasi di internet itu dijadikan sebuah kebanggaan di sosia medianya. Seolah-olah kita bisa menentukan kondisi kesehatan dan jenis penyakit yang kita derita tanpa diagnosis dokter! Apakah itu membuat kita terlihat keren? Seolah kita juga bisa tanpa dokter? 

 

 

Self diagnosis ini adalah perilaku mendiagnosis diri sendiri yang berkaitan dengan kondisi sehat/ sakitnya diri sendiri. Memang benar, diri sendirilah yang paling mengerti apa yang dirasakan dan terjadi di dalam tubuh sendiri. Namun, tidak semua orang, apalagi yang tidak memiliki pendidikan kesehatan, memiliki cukup keahlian untuk membuat diagnosis kesehatan. 

 

Mungkin kita percaya diri dengan mencocokan gajala- gejala yang kita rasakan dengan wawasan gejala penyakit yang ada di internet. Namun apakah benar itu adalah diagnosis penyakit yang benar? Padahal ada puluhan penyakit yang memiliki gejala mirip-mirip. Dokter saja dalam mendiganosis tidak bisa sembarang. Dokter harus melakukan beberapa uji lab untuk yakin memutuskan diagnosis kondisi kita. Padahal dokter memiliki disiplin ilmu yang luas dan dalam soal kesehatan. Bagaimana dengan kita? Yang hanya berbekal informasi internet? 

 

Mendiagnosis diri sendiri memiliki banyak dampak untuk kesehatan kita. Tidak hanya kesehatan fisik saja, melainkan juga kesehatan mental kita. Nah apa saja yang bisa mengganggu kesehatan mental kita gara-gara self diagnosis ini? Yuk simak bersama-sama. 

 

Baca Juga Artikel Berikut

 

BAHAYA SELF DIAGNOSIS UNTUK KESEHATAN MENTAL 

Self diagnosis berbahaya baik tidak hanya pada kesehatan fisik saja, namun juga pada kesehatan mental kita. Dampak kesalahan self diagnosis pada kesehatan fisik mungkin lebih mudah dideteksi lewat perubahan-perubahan fungsi kerja tubuh yang tidak sebagaimana mestinya. Namun, untuk dampak bagi kesehatan mental ini lebih sulit dideteksi. Sebabnya ada dua kemungkinannya, yang pertama karena kurangnya kesadaran kita pada kondisi mental dan kedua, kesehatan mental itu lebih abstrak dibanding kondisi fisik. Meski demikian, tidak boleh kita remehkan bahaya self diagnosis ini untuk kesehatan mental kita. Apa saja?  

 

Kekhawatiran berlebih terhadap kemungkinan buruk kesehatan 

 

 

Self diagnosis bisa benar, jika beruntung, bisa juga salah. Peluang salahnya lebih tinggi dari kemungkinan benarnya. Kenapa? Itu karena kita tidak memiliki seperangkat keahlian kesehatan sebagaimana yang dimiliki dokter dan praktisi kesehatan lainnya. Seorang dokter dan tenaga kesehatan lainnya, butuh 4 tahun pendidikan kedokteran, belum lagi tambahan sekolah kedokteran spesialis atau praktek-praktek lainnya sebelum boleh mendiagnosis pasien. Itu artinya butuh seperangkat ilmu yang kompleks untuk mendiagnosis penyakit dengan benar.  Saat kita mendiagnosis sendiri gejala-gejala yang dirasakan oleh tubuh, mencari tanda dan gejalanya lewat artikel populer di internet, sangat mungkin kita menemukan jenis penyakit parah dengan gejala yang hampir saama dengan yang kita alami. Kita akan mengira menderita penyakit paarah itu, padahal belum tentu benar. 

 

Diagnosis diri dengan kemungkinan penyakit parah dapat meningkatkan kekhawatiran kita hingga level tertinggi. Kita bisa stress hingga depresi karena memikirkan berbagai skenario terburuk yang harus kita alami. Kita akan ketakutan pada setiap kemungkinan. Hari-hari akan dipenuhi ketakutan-ketakutan. Konsentrasi bisa terganggu karena ketakutan dan kecemasan yang sebenarnya belum tentu benar. Kondisi mental yang seperti ini sangat berbahaya untuk tubuh kita juga. Mental yang tidak sehat akan mempengaruhi fisik juga. 

 

Meremehkan kondisi kesehatan tubuh sehingga menggampangkan keadaan

Kebalikannya dengan dampak yang pertama. Bukannya khawatir tapi justru menggampangkan keadaan tubuh. Merasa mudah menemukan informasi di internet membuat kita percaya diri pada data yang kita temukan. Lalu kebetulan menemukan jenis penyakit dengan gejala-gejala yang hampir sama dengan kondisi diri. Padahal belum tentu. Bagaimana jika ternyata kondisi diri lebih parah dari jenis penyakit yang kita temukan di internet itu? padahal gejalanya sama. Itu sangat mungkin terjadi. 

 

Saat kita mendiagnosis gejala diri dengan meremehkan gejala itu, yang terjadi kita tidak akan aware pada kesehatan tubuh. Sikap kita akan meremehkan gejala yang dirasakan tubuh. Padahal rasa sakit adalah cara tubuh berkomunikasi dengan kita. Menggampangkan penyakit justru membuat penyakit bertambah parah tanpa penanganan yang tepat. 

 

Meremehkan tenaga medis 

 

 

Ini adalah efek lanjutan dari terlalu sering melakukan diagnosis mandiri. Merasa bisa menemukan jenis penyakit yang diderita sendiri bisa membuat kita enggan berkonsultasi ke dokter. Kenapa? Karena merasa sudah bisa. Kesombongan yang keliru dan sangat merugikan diri sendiri. Ini adalah kondisi mental yang tidak sehat. Seharusnya kita tetap berkonsultasi pada seorang ahli di bidang terkait. 

 

Menyangkal penyakit tertentu 

Penyangkalan atau denial terhadap suatu penyakit ini bisa terjadi dikarenakan oleh dua hal : ketakutan berlebih atau meremehkan yang berlebih. Dua-duanya disebabkan oleh kebiasaan mendiagnosis mandiri keadaan diri. Merasa bisa dan yakin pada diagnosis sendiri dapat membuat kita menyangkal penyakit yang sebenarnya. 

 

Kehilangan harapan hidup 

 

 

Ini lebih parah lagi. Bisa-bisa muncul keinginan mengakhiri hidup karena depresi berlebihan. Depresi itu karena ketakutan pada jenis penyakit hasil diagnosis mandiri. Yang kita tahu itu belum tentu benar. Kehilangan harapan hidup adalah keadaan mental yang sakit. Keadaan ini berbahaya dan harus segera ditangani. 

 

Kesalahan penanganan memperparah kondisi 

Dikarenakan telah mendiagnosis mandiri, akhirnya percaya diri juga mencari solusi pengobatannya sendiri. jika diagnosisnya salah, maka cara penanganan akan salah juga. Bukannya sembuh, tubuh akan lebih menderita. 

 

Baca Juga Artikel Berikut

 

BAGAIMANA MENCEGAH SELF DIAGNOSIS?

Setelah mengetahui bahaya-bahayanya untuk kesehatan fisik dan mental kita gara-gara self diagnosis, lantas bagaimana kita bisa mencegah dan mengatasinya? Solusinya simpel, namun butuh tekad yang besar. Apa itu? yang pertama adalah mengubah mindset kita tentang diagnosis dan kesehatan. Kemudian yang kedua, pergilah berkonsultasi kepada ahli di bidangnya. Bisa itu ke dokter atau juga psikiater. 

 

 

Mengubah mindset pemahaman kita mengenai kelayakan kita mendiagnosis suatu penyakit. Melakukan diagnosis harus dilakukan oleh sang ahli. Sekalipun kita bisa mendapatkan banyak informasi dari internet dengan mudah, kita tidak boleh serta merta melakukan judge pada kondisi kesehatan kita. Yang kita rasakan dengan yang kita ketahui belumlah seluruhnya. Sebanyak apapun informasi yang didapat di internet, masih banyak ilmu kesehatan yang tidak ada di sana. 

 

Kemudian, kesehatan tubuh tidak boleh diperlakukan seenteng itu. tubuh kita adalah aset kita yang berharga. Paling berharga di dunia ini. Emas berton-ton pun kalah. Kenapa? Karena tubuh kita ini limited edition. Saat satu organ rusak, tidak ada spare part lain yang benar-benar seperti milik kita. Berbeda dengan mesin yang bisa diciptakan ribuan sparepart persis aslinya. 

 

Pilihan Warna Rekomendasi Bahan Jas Almamater dan Bahan Baju Wear Pack Di Mitra Mulia Toko Kain Surabaya

 

 

 

Share To:
Facebook Twitter Google+ WhatsApp Subscribe
  • 59
  • 3304 views

Tak mau ketinggalan update artikel terbaru kami ikuti kami, masukkan email anda & klik subscribe, Terimakasih


Recent Post


Related Article